Jumat, 20 Juli 2012

“PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA DI MASYARAKAT”


KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,  karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini kami membahas “Penyimpangan Perilaku Remaja di Masyarakat ”, suatu permasalahan yang  selalu dialami bagi  remaja yang mengalami masa-masa labil..
       Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam  pemahaman masalah problem utama yang dialami remaja. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanggulangin yang sangat diperlukan dalam suatu lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat.

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Dikalangan remaja sering dijumpai adanya perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang merupakan hasil dari proses sosialisasi yang tidak sempurna. Perilaku yang menyimpang mengakibatkan terjadinya pelanggaran.Pelanggaran tersebut terjadi karena seorang individu atau kelompok tidak bisa bersosialisasi secara sempurna. Hal tersebut menyebabkan individu atau kelompok terjerumus ke dalam pola perilaku yang menyimpang. Dengan kata lain, terjadilah penyimpangan sosial dalam kehidupan remaja maupun masyarakat.
Penyimpangan adalah segala bentuk perilaku yang tidak menyesuaikan diri
dengan kehendak masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah tindakan
atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut dalam lingkungan
baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyimpangan terjadi apabila
seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat disebut
dengan deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan
penyimpangan disebut divian (deviant).
Kelompok yang paling rentan dalam proses penyimpangan yaitu para remaja. Hal ini wajar terjadi tidak lain karena mereka memiliki karakteristik tersendiri yang unik,yaitu dalam masa-masa labil,atau sedang pada taraf pencarian identitas,yang mengalami masa transisi dari masa remaja menuju status dewasa, dan sebagainya.
Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri mereka mudah sekali terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi kejiwaan yang labil, remaja mudah terpengaruh. Sehingga mereka cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau pusing-pusing memikirkan dampak negatifnya. Hal ini tidak akan terjadi apabila ada faktor-faktor yang dapat mencegahnya. Salah satunya yaitu dengan cara pendekatan atau perhatian khusus terhadap masalah remaja.  
B.     Fokus masalah
Manusia dilahirkan dalam kondisi tak berdaya. Ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya sampai waktu tertentu. Seiring dengan perkembangan waktu, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang tua atau orang lain di sekitarnya untuk belajar mandiri. Sebagai proses awal pembelajarannya adalah bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka yang mulai beranjak remaja, terlebih dalam pencarian identitas diri, akan mengalaminya, karena hal ini merupakan proses alamiah.
Oleh karena itu peran orangtua terhadap proses pendewasaan anak harus tetap terjaga,karena jika hal ini dibiarkanbegitu saja, seorang anak akan semene-mena dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Wajar bila seorang remaja  akan mencari perhatian yang lebih dari orang lain.Beruntung bila ia bisa memilah dan memilih dengan baik proses  sosialisasi yang ia lakukan.
Sebaliknya jika ia tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk,dangan kata lain sosialisasi yang ia lakukan tidak sempurna,maka akan terjadi penyimpangan pada remaja yang selalu menelan mentah-mentah apa yang ia temui dalam bersosialisasi. Ia tidak memedulikan akibat yang terjadi jika ia melakukan tindakan sesuai dengan usianya.
 Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah bukan wacana baru lagi seorang remaja bertindak lebih dewasa dari yang seharusnya. Bahkan, merupakan suatu keharusan remaja saat ini bertindak jauh lebih dewasa. Dampak sosialisasi ini sangat buruk bagi perkembangan remaja.
 Disamping itu,hal ini juga akan sangat meresahkan orang tua dan masyarakat sekitar. Proses sosialisasi yang berjalan tidak sempurna ini dapat membentuk kepribadian yang menyimpang.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan
manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja
ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun
mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.
Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai
menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non
elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.
Tidak hanya karena factor organ akan tetapi usia sangat mempengaruhi terhadap tindakan seorang remaja untuk melakukan penyimpangan.Misalnya  kedurhakaan anak terhadap orang tuanya seperti;membentak,membangkang bahkan bisa menyiksa orangtuanya karena ia sudah merasa dewasa,sehingga ia bisa semena-mena terhadap orangtuanya,karena dianggapnya dia sudah dewasa,tidak membutuhkan nasehat karena ia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan
Jaman dahulu seks merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan apalagi untuk dilakukan. Namun, seiring dengan perjalanan waktu kini seks telah berkembang menjadi suatu permasalahan yang kompleks dimana remaja maupun orang dewasa yang terlibat di dalamnya. Perkembangan gaya hidup modern dan kebarat-baratan yang bersifat liberalis telah mengubah pandangan tentang seks yang tadinya pribadi dan sangat privat menjadi hal yang umum dan terbuka di semua kalangan. Bahkan seks cenderung di eksploitasi oleh pihak industri pornografi yang tidak bertanggung jawab.
Penyebaran berbagai informasi yang tidak benar tentang seks dan kecenderungan mengeksploitasi seks untuk kepentingan komersil menjadi penyebab utama atas maraknya kasus penyimpangan seks, baik yang melibatkan remaja atau bahkan orang dewasa. Baik disadari atau tidak masalah penyimpangan prilaku seks dapat menyebabkan berbagai dampak yang sangat buruk  seperti penyakit kelamin, hamil di luar nikah, keluarga hancur karena perselingkuhan dan berbagai dampak negatif lainnya.
Seperti yang terjadi akhir-akhir ini banyak kasus hamil di luar nikah yang menimpa remaja sekolah menyebabkan hancurnya masa depan remaja tersebut. Banyak pandangan bahwa melakukan hubungan seks adalah cara mereka agar dipandang gaul.Hal ini merupakan kesalahan besar dalam persepsi remaja.Hal ini terjadi karena meluasnya gambar-gambar,foto-foto bahkan video porno yang tersebar bebas di media yang mudah untuk di kunjungi apalagi oleh remaja.Oleh karena itu media massa sangat berpengaruh pesat terhadap timbulnya penyimpangan-pennyimpangan yang dilakukan oleh remaja.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Mengidentifikasi problem utama yang dialami remaja
Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan timbulnya tingkah laku menyimpang, baik yang berasala dari dalam maupun dari dalam diri individu yang bersangkutan maupun yang berasal dari luar dirinya. Secara garis besar faktor-faktor penyebab terjadinya tingkah laku menyimpang dapat berasal dari :
Ø  Keadaan individu yang bersangkutan
a. Pontensi kecerdasannya rendah, sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan       akademik sebagaimana yang diharapkan. Akibatnya ia sering frustasi, mengalami konflik batin dan rendah diri.
b. Mempunyai masalah yang tidak terpecahkan.
c. Belajar cara penyesuaian diri yang salah.
d. Pengaruh dari lingkungan.
e. Tidak menemukan figur yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Ø  Dari luar individu yang bersangkutan
v  Lingungan keluarga
1. Suasana kehidupan keluarga yang tidak menimbulkan rasa aman (keluarga broken home)
2. Kontrol dari orang tua yang rendah, yang menyebabkan berkurangnya dispilin dalam kehidupan keluarga.
3. Orang tua yang bersikap otoriter dalam mendidik anak.
4. Tuntutan orang tua terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak.
5. Kehadiran dalam keluarga tidak diinginkan, sehingga orang tua tidak menyayanginya.
v  Lingkungan Sekolah
1. Tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dibanding dengan kemampuan rata-rata anak yang bersangkutan.
2. Longgarnya disiplin sekolah menyebabkan terjadinya pelanggaran peraturan yang ada.
3. Anak-anak sering tidak belajar kerena guru sering tidak masuk, sehingga perilaku anak tidak terkontrol.
4. Pendekatan yang dilakukan guru tidak sesuai dengan perkembangan remaja.
5. Saranan prasarana sekolah yang kurang memadai, akibatnya aktivitas anak jadi terbatas.
v  Lingkungan Masyrakat
1. Kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat, dalam membelajarkan anak atau memecah pelanggaran tata tertib sekolah.
2. Media cetak dan media eloktronik yang beredar secara bebas yang sebenarnya belum layak buat remaja, minsalnya berupa gambar porno, buku cerita cabul.
3. Adanya contoh/model di lingkungan masyarakat yang kurang menguntungkan bagi perkembangan remaja, minsalnya main judi, minumaman keras dan pelacuran.

B.     Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanggulanginya
 Penyimpangan perilaku remaja atau siswa tidak hanya merugikan dirinya dan masa depanya, tetapi juga orang lain dan memusnahkan harapan orang tua, sekolah dan bangsa. Oleh karena itu diperlukan tindakan nyata agar tingkah laku yang menyimpang tersebut dapat diatasi. Usaha tersebut dapat bersifat pencegahan (peventif), pengentasan (carrative), pembetulan (correntice), dan penjagaan atau pemeliharaan (preservative).
  1. Usaha yang dapat dilakukan oleh keluarga
1. Menciptakan hubungan yang harmonis dan terbuka di antara anggota keluarga, anak mereka, lebih kerasan di rumah dari pada keluyuran di luar rumah.
2. Orang tua jangan terlalu menuntut secara berlebihan kepada anak untuk berprestasi atau memaksakan kehendaknya untuk mengambil jurusan/bidang studi tertentu bilamana tidak sesua dengan kemampuan/protensi yang dimiliki anak.
3. Membantu men Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak  prenatal dan balita
4. Membekali anak dengan dasar moral dan agama
5. Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
6. Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
7. Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal
8. menjaga lingkungan yang sehat
9. Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
b. Usaha yang dapat dilakukan oleh sekolah
    1. Menegakkan disiplin sekolah.
    2. Membantu masalah yang di alami oleh siswa sebagaimana di ketahui bahwa salah satu sumber terjadinya perilaku menyimpang yaitu siswa menghadapi masalah yang tidak terpecahkan,
    3. Menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana belajar.
    4. Sekolah perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.
5.      Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
6.      Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan
7.      ekstrakurikuler
8.      Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
9.      Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
10.  Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
11.  Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
12.  Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek Setempat
13.  Mewaspadai adanya provokator
14.  Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
15.  Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang
secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial
c. Usaha masyarakat dalam menanggulangi perilaku menyimpang
    1. Secara bersama-sama ikut mengontrol dan menegur bila ada anak yang tidak masuk kelas pada jam pelajaran berlansung, misalnya nongkrong di warung.
    2. Melaporkan kepada pihak sekolah bila mengetahui ada siswa dari sekolah itu melakukan tindakan menyimpang.
    3. Ikut menjaga ketertiban sekolah, dan menciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk terwujudnya proses belajar mengajar yang baik.
4.      Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
5.      Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
6.      Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
7.      Memberikan keteladanan
8.      Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
d.      Peran Media
1.      Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
2.      Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
3.      Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja.














BAB III
LANDASAN TEORI

Ø  Teori "Differential Association"
Teori ini dikembangkan oleh E. Suthedand yang didasarkan pada arti penting proses belajar. Menurut Sutherland perilaku menyimpang yang dilakukan remaja sesungguhnya merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. Asumsi yang melandasinya adalah “a criminal act occurs when situation apropriate for it, as defined by the person, is present” (Rose Gialombardo; 1972). Selanjutnya menurut Sutherland perilaku menyimpang dapat ditinjau melalui sejumlah proposisi guna mencari akar permasalahan dan memahami dinamika perkembangan perilaku.
Ø  Teori Kenakalan Remaja oleh Albert K. Cohen   
Fokus perhatian teori ini terarah pada suatu pemahaman bahwa perilaku delinkuen (menyimpang) banyak terjadi di kalangan laki-laki kelas bawah yang kemudian membentuk 'gang'. Perilaku delinkuen merupakan cermin ketidakpuasan terhadap norma dan nilai kelompok kelas menengah yang cenderung mendominasi. Karena kondisi sosial ekonomi yang ada dipandang sebagai kendala dalam upaya mereka untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginan mereka sehingga menyebabkan kelompok usia muda kelas bawah ini mengalami 'status frustration'.
Ø  Teori penyimpangan remaja.
Individu dalam bertingkah laku menurut pola pribadinya, ada tiga kemungkinan:
Menyimpang dari norma kolektif, kehilangan individualitasnya, takluk terhadap kolektif. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkunagn social yang merupakan kesatuan.
Para ahli seperti Maclver, J.L. Gillin, dan J.P.Gillin sepakat bahwa adanya saling bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama sehingga masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu, yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Jadi pergaulan remaja dipengarui oleh factor lingkungan, tempat tinggal dan dengan siapa dia bergaul secara umum,fungsi keluarga: berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak, memelihara penempatan anak dalam masyarakat.
(William, J. Goode, 1983)
Faktor keluarga sangat mempengaruhi pengaruh  pergaulan anak bila tidak dikontrol sejak dini hingga tumbuh dewasa.

















BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya tarik dari makalah ini adalah :
1. kenakalan remaja dapat terjadi dari faktor dari dalam diri individu maupun dari luar individu tersebut
2. Remaja akan cenderung melakukan tingkah laku yang menyimpang jika ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan hati nurani mereka.
3. Penyimpangan tersebut dapat terjadi jika anak remaja tersebut tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.
B. Saran
  1. Untuk mengantisipasi remaja agar tidak melakukan kegiatan dan tingkah laku yang menyimpang maka perlu adanya perhatian dari berbagai pihak yang tarkait, seperti orang tua yang sangat berperan penting, guru yang sangat berpengaruh di sekolah dan anggota masyarakat yang paling mendukung.
  2. Bagi remaja, agar tidak terlambat dengan hal-hal negatif yang tentu saja menyimpang, hendaklah mengikuti kegiatan ekstra kurikuler contohnya masuk dalam kegiatan Pramuka, PMR, olahraga dan lain sebagainya.















BAB V



DASFTAR PUSTAKA

Atkinson (1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.

Mappiare, A. (1992). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional

Azwar, S. 2002. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka

BKKBN. 2001. Remaja Mengenai Dirinya. Jakarta. BKKBN