KATA
PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam
kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat
kami selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini kami membahas “Penyimpangan
Perilaku Remaja di Masyarakat ”,
suatu permasalahan yang selalu dialami
bagi remaja yang mengalami
masa-masa labil..
Makalah
ini dibuat dalam rangka memperdalam
pemahaman masalah problem utama yang dialami remaja. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
menanggulangin yang
sangat diperlukan dalam suatu lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat.
Demikian
makalah ini saya buat semoga bermanfaat,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dikalangan remaja sering dijumpai adanya perilaku yang menyimpang.
Perilaku menyimpang merupakan hasil dari proses sosialisasi yang tidak
sempurna. Perilaku yang menyimpang mengakibatkan terjadinya
pelanggaran.Pelanggaran tersebut terjadi karena seorang individu atau kelompok
tidak bisa bersosialisasi
secara sempurna. Hal tersebut menyebabkan individu atau kelompok terjerumus
ke dalam pola perilaku yang menyimpang. Dengan kata lain, terjadilah penyimpangan
sosial dalam kehidupan remaja maupun masyarakat.
Penyimpangan adalah segala bentuk perilaku yang tidak menyesuaikan
diri
dengan kehendak masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah
tindakan
atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut
dalam lingkungan
baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyimpangan terjadi
apabila
seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang berlaku
dalam
masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat
disebut
dengan deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang
melakukan
penyimpangan
disebut divian (deviant).
Kelompok
yang paling rentan dalam proses penyimpangan yaitu
para remaja. Hal ini wajar terjadi tidak lain karena mereka memiliki
karakteristik tersendiri yang unik,yaitu dalam masa-masa labil,atau sedang pada
taraf pencarian identitas,yang mengalami masa transisi dari masa remaja menuju
status dewasa, dan sebagainya.
Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap
pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri mereka mudah
sekali terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya.
Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Karena
kondisi kejiwaan yang labil, remaja mudah terpengaruh. Sehingga mereka cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau pusing-pusing
memikirkan dampak negatifnya. Hal ini tidak akan terjadi apabila ada faktor-faktor yang dapat
mencegahnya. Salah satunya yaitu dengan cara pendekatan atau perhatian khusus
terhadap masalah remaja.
B. Fokus masalah
Manusia
dilahirkan dalam kondisi tak berdaya. Ia akan tergantung pada orang tua dan
orang-orang yang berada di lingkungannya sampai waktu tertentu. Seiring dengan
perkembangan waktu, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari
ketergantungannya pada orang tua atau orang lain di sekitarnya untuk belajar
mandiri. Sebagai proses awal pembelajarannya adalah bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya. Mereka yang mulai beranjak remaja, terlebih dalam
pencarian identitas diri, akan mengalaminya, karena hal ini merupakan proses
alamiah.
Oleh
karena itu peran orangtua terhadap proses pendewasaan anak harus tetap
terjaga,karena jika hal ini dibiarkanbegitu saja, seorang anak akan semene-mena
dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Wajar bila seorang remaja akan mencari perhatian yang lebih dari orang
lain.Beruntung bila ia bisa memilah dan memilih dengan baik proses sosialisasi yang ia lakukan.
Sebaliknya
jika ia tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk,dangan kata lain
sosialisasi yang ia lakukan tidak sempurna,maka akan terjadi penyimpangan pada
remaja yang selalu menelan mentah-mentah apa yang ia temui dalam
bersosialisasi. Ia tidak memedulikan akibat yang terjadi jika ia melakukan
tindakan sesuai dengan usianya.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sudah bukan wacana baru lagi seorang remaja bertindak lebih
dewasa dari yang seharusnya. Bahkan, merupakan suatu keharusan remaja saat ini
bertindak jauh lebih dewasa. Dampak sosialisasi ini sangat buruk bagi
perkembangan remaja.
Disamping
itu,hal ini juga akan sangat
meresahkan orang tua dan masyarakat sekitar. Proses sosialisasi yang berjalan
tidak sempurna ini dapat membentuk kepribadian yang menyimpang.
Masa
remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan
manusia
yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja
ini
akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja
dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam
berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.
Seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun
mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan.
Kematangan
organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai
menyukai
lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non
elektronik
akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.
Tidak
hanya karena factor organ akan tetapi usia sangat mempengaruhi
terhadap tindakan seorang remaja untuk melakukan penyimpangan.Misalnya kedurhakaan anak
terhadap orang tuanya seperti;membentak,membangkang bahkan bisa menyiksa orangtuanya karena ia sudah merasa dewasa,sehingga ia bisa semena-mena terhadap orangtuanya,karena dianggapnya dia sudah dewasa,tidak membutuhkan nasehat karena ia
bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dilakukan
Jaman
dahulu seks merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan apalagi untuk dilakukan.
Namun, seiring dengan perjalanan waktu kini seks telah berkembang menjadi suatu
permasalahan yang kompleks dimana remaja maupun orang dewasa yang terlibat di
dalamnya. Perkembangan gaya hidup modern dan kebarat-baratan yang bersifat
liberalis telah mengubah pandangan tentang seks yang tadinya pribadi dan sangat
privat menjadi hal yang umum dan terbuka di semua kalangan. Bahkan seks
cenderung di eksploitasi oleh pihak industri pornografi yang tidak bertanggung
jawab.
Penyebaran
berbagai informasi yang tidak benar tentang seks dan kecenderungan
mengeksploitasi seks untuk kepentingan komersil menjadi penyebab utama atas
maraknya kasus penyimpangan seks, baik yang melibatkan remaja atau bahkan orang
dewasa. Baik disadari atau tidak masalah penyimpangan prilaku seks dapat
menyebabkan berbagai dampak yang sangat buruk seperti penyakit kelamin,
hamil di luar nikah, keluarga hancur karena perselingkuhan dan berbagai dampak
negatif lainnya.
Seperti
yang terjadi akhir-akhir ini banyak kasus hamil di luar nikah yang menimpa
remaja sekolah menyebabkan hancurnya masa depan remaja tersebut. Banyak
pandangan bahwa melakukan hubungan seks adalah cara mereka agar dipandang
gaul.Hal ini merupakan kesalahan besar dalam persepsi remaja.Hal ini terjadi
karena meluasnya gambar-gambar,foto-foto bahkan video porno yang tersebar bebas
di media yang mudah untuk di kunjungi apalagi oleh remaja.Oleh karena itu media
massa sangat berpengaruh pesat terhadap timbulnya penyimpangan-pennyimpangan
yang dilakukan oleh remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengidentifikasi problem utama yang dialami
remaja
Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan timbulnya tingkah laku
menyimpang, baik yang berasala dari dalam maupun dari dalam diri individu yang
bersangkutan maupun yang berasal dari luar dirinya. Secara garis besar
faktor-faktor penyebab terjadinya tingkah laku menyimpang dapat berasal dari :
Ø
Keadaan individu yang bersangkutan
a. Pontensi kecerdasannya rendah, sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan akademik sebagaimana yang diharapkan. Akibatnya ia sering frustasi,
mengalami konflik batin dan rendah diri.
b. Mempunyai masalah yang tidak terpecahkan.
c. Belajar cara penyesuaian diri yang salah.
d. Pengaruh dari lingkungan.
e. Tidak menemukan figur yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
kehidupan sehari-hari.
Ø
Dari luar individu yang
bersangkutan
v
Lingungan keluarga
1. Suasana kehidupan
keluarga yang tidak menimbulkan rasa aman (keluarga broken home)
2. Kontrol dari orang
tua yang rendah, yang menyebabkan berkurangnya dispilin dalam kehidupan
keluarga.
3. Orang tua yang bersikap otoriter dalam mendidik anak.
4. Tuntutan orang tua terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki anak.
5. Kehadiran dalam
keluarga tidak diinginkan, sehingga orang tua tidak menyayanginya.
v
Lingkungan Sekolah
1. Tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dibanding
dengan kemampuan rata-rata anak yang bersangkutan.
2. Longgarnya disiplin sekolah menyebabkan terjadinya pelanggaran peraturan
yang ada.
3. Anak-anak sering tidak belajar kerena guru sering tidak masuk, sehingga
perilaku anak tidak terkontrol.
4. Pendekatan yang dilakukan guru tidak sesuai dengan perkembangan remaja.
5. Saranan prasarana sekolah yang kurang memadai, akibatnya aktivitas anak
jadi terbatas.
v
Lingkungan Masyrakat
1. Kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat, dalam membelajarkan anak
atau memecah pelanggaran tata tertib sekolah.
2. Media cetak dan media eloktronik yang beredar secara bebas yang
sebenarnya belum layak buat remaja, minsalnya berupa gambar porno, buku cerita
cabul.
3. Adanya contoh/model di lingkungan masyarakat yang kurang menguntungkan
bagi perkembangan remaja, minsalnya main judi, minumaman keras dan pelacuran.
B. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanggulanginya
Penyimpangan perilaku
remaja atau siswa tidak hanya merugikan dirinya dan masa depanya, tetapi juga
orang lain dan memusnahkan harapan orang tua, sekolah dan bangsa. Oleh karena
itu diperlukan tindakan nyata agar tingkah laku yang menyimpang tersebut dapat
diatasi. Usaha tersebut dapat bersifat pencegahan (peventif), pengentasan
(carrative), pembetulan (correntice), dan penjagaan atau pemeliharaan (preservative).
- Usaha yang dapat dilakukan oleh keluarga
1. Menciptakan hubungan yang harmonis dan terbuka di antara anggota
keluarga, anak mereka, lebih kerasan di rumah dari pada keluyuran di luar
rumah.
2. Orang tua jangan terlalu menuntut secara berlebihan kepada anak untuk
berprestasi atau memaksakan kehendaknya untuk mengambil jurusan/bidang studi
tertentu bilamana tidak sesua dengan kemampuan/protensi yang dimiliki anak.
3. Membantu men Menanamkan
pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
4. Membekali
anak dengan dasar moral dan agama
5. Mengerti
komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
6. Menjalin
kerjasama yang baik dengan guru
7. Menjai
tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal
8. menjaga
lingkungan yang sehat
9. Menerapkan
disiplin yang konsisten pada anak
b. Usaha yang dapat dilakukan oleh sekolah
- Menegakkan disiplin sekolah.
- Membantu masalah yang di alami oleh siswa sebagaimana di ketahui bahwa salah satu sumber terjadinya perilaku menyimpang yaitu siswa menghadapi masalah yang tidak terpecahkan,
- Menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana belajar.
- Sekolah perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.
5.
Menciptakan
kondisi sekolah yang nyaman
6.
Memberikan
keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan
7.
ekstrakurikuler
8.
Menyediakan
sarana dan prasarana bermain dan olahraga
9.
Meningkatkan
peran dan pemberdayaan guru BP
10.
Meningkatkan
disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
11.
Meningkatkan
kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
12.
Meningkatkan
keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek Setempat
13.
Mewaspadai
adanya provokator
14.
Mengadakan
kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
15.
Menciptakan
kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang
secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial
c. Usaha masyarakat dalam menanggulangi perilaku menyimpang
- Secara bersama-sama ikut mengontrol dan menegur bila ada anak yang tidak masuk kelas pada jam pelajaran berlansung, misalnya nongkrong di warung.
- Melaporkan kepada pihak sekolah bila mengetahui ada siswa dari sekolah itu melakukan tindakan menyimpang.
- Ikut menjaga ketertiban sekolah, dan menciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk terwujudnya proses belajar mengajar yang baik.
4.
Menghidupkan
kembali kurikulum budi pekerti
5.
Menyediakan
sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui
olahraga dan bermain
6.
Menegakkan
hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
7.
Memberikan
keteladanan
8.
Lokasi
sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
d. Peran Media
1.
Sajikan
tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
2.
Sampaikan
berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
3.
Adanya
rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya
khusus untuk remaja.
BAB III
LANDASAN TEORI
Ø
Teori
"Differential Association"
Teori ini dikembangkan oleh E. Suthedand yang didasarkan pada arti
penting proses belajar. Menurut Sutherland perilaku menyimpang yang dilakukan
remaja sesungguhnya merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. Asumsi yang
melandasinya adalah “a criminal act
occurs when situation apropriate for it, as defined by the person, is present”
(Rose Gialombardo; 1972). Selanjutnya menurut Sutherland perilaku menyimpang
dapat ditinjau melalui sejumlah proposisi guna mencari akar permasalahan dan
memahami dinamika perkembangan perilaku.
Ø Teori Kenakalan Remaja oleh Albert K. Cohen
Fokus perhatian teori ini terarah pada suatu pemahaman bahwa
perilaku delinkuen (menyimpang) banyak terjadi di kalangan laki-laki kelas
bawah yang kemudian membentuk 'gang'. Perilaku delinkuen merupakan cermin
ketidakpuasan terhadap norma dan nilai kelompok kelas menengah yang cenderung
mendominasi. Karena kondisi sosial ekonomi yang ada dipandang sebagai kendala
dalam upaya mereka untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginan mereka
sehingga menyebabkan kelompok usia muda kelas bawah ini mengalami 'status
frustration'.
Ø
Teori
penyimpangan remaja.
Individu dalam bertingkah laku menurut pola pribadinya, ada tiga
kemungkinan:
Menyimpang dari norma kolektif, kehilangan individualitasnya,
takluk terhadap kolektif. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada
bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai
perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkunagn social
yang merupakan kesatuan.
Para ahli seperti Maclver, J.L. Gillin, dan J.P.Gillin sepakat
bahwa adanya saling bergaul dan interaksi karena mempunyai nilai-nilai,
norma-norma, cara-cara dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama sehingga
masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
system adat istiadat tertentu, yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu
rasa identitas bersama.
Jadi pergaulan remaja dipengarui oleh factor lingkungan, tempat
tinggal dan dengan siapa dia bergaul secara umum,fungsi keluarga: berkembang
biak, mensosialisasi atau mendidik anak, memelihara penempatan anak dalam
masyarakat.
(William, J. Goode, 1983)
Faktor keluarga sangat mempengaruhi pengaruh pergaulan anak bila tidak dikontrol sejak
dini hingga tumbuh dewasa.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya tarik dari makalah ini adalah :
1. kenakalan remaja dapat terjadi dari faktor dari dalam diri individu
maupun dari luar individu tersebut
2. Remaja akan cenderung melakukan tingkah laku yang menyimpang jika ada
beberapa hal yang tidak sesuai dengan hati nurani mereka.
3. Penyimpangan tersebut dapat terjadi jika anak remaja tersebut tidak
menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.
B. Saran
- Untuk mengantisipasi remaja agar tidak melakukan kegiatan dan tingkah laku yang menyimpang maka perlu adanya perhatian dari berbagai pihak yang tarkait, seperti orang tua yang sangat berperan penting, guru yang sangat berpengaruh di sekolah dan anggota masyarakat yang paling mendukung.
- Bagi remaja, agar tidak terlambat dengan hal-hal negatif yang tentu saja menyimpang, hendaklah mengikuti kegiatan ekstra kurikuler contohnya masuk dalam kegiatan Pramuka, PMR, olahraga dan lain sebagainya.
BAB V
DASFTAR PUSTAKA
Atkinson
(1999). Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh
Soedjarmo &Istiwidayanti. Jakarta: Erlangga.
Mappiare, A. (1992). Psikologi
Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Azwar, S. 2002. Sikap Manusia,
Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka
BKKBN. 2001. Remaja Mengenai
Dirinya. Jakarta. BKKBN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar